Selasa, 19 Desember 2017

Alloh tak pernah membebani

“Layukallifullahu nafsan illa wus’aha …”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya …” (Al-Baqarah: 286)

Dalam salah satu kaidah fiqh dakwah, ayat diatas dijadikan sebagai salah satu landasannya. Bahwa dalam dakwah dan aktifitas keseharian, kita perlu memakasimalkan potensi.

Banyak dari kita salah tafsir akan penggalan ayat ini. Kita justru menjadikan penggalan ayat inisebagai benteng dan tameng kita dalam memaksimalkan usaha dan potensi kita. Penggalan ayat ini kita jadikan sebagai landasan untuk berusaha seadanya tanpa kerja keras yang maksimal. Mungkin kurang lebih peryataan kita sepert ini “ Ya Allah kan tidak akan membebani kita diluar kemampuan kita, ya jadi lakukan saja semampu kita.” Dalam hal ini definisi semampu kita adalah usaha seadanya.

Memaksimalkan gelas Potensi

Sesungguhnya penggalan ayat diatas merupakan cerminan dari pemaksimalan potensi dan kerja keras. Jika kita ibaratkan potensi kita bagaikan sebuah gelas, maka penggalan ayat diatas mempunyai makna kita harus memenuhi gelas potensi kita hingga tak satupun tetes lagi yang sanggup di tampung oleh gelas potensi kita. Penuhi gelas potensi kita sampai penuh!

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Al-Anfaal: 60)

Allah SWT memerintahkan kita untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan maksimal. Dalam ayat di atas ditunjukkan indikator orang-orang yang serius dalam berjihad adalah orang-orang yang mempersiapkan segala potensinya untuk berjihad. Mereka tidak setengah-setengah dalam memaksimalkan potensi mereka untuk berjihad.

Dalam berdakwah, seorang da’I dituntut untuk memiliki kecakapan yang cukup untuk men-syaithoroh-i atau mewarnai lingkungan dakwah. Mereka harus mengembangkan potensi fikriyah mereka, kecakapan mereka dalam menyampaikan kata dan kecakapan mereka dalam menepatkan diri ditengah masyarakat. Selain itu pra da’I juga perlu mengembangkan potensi ruhiyahnya, karena dakwah yang dilakukan adalah menyeru kepada Allah SWT, maka para da’I tersebut haruslah dekat dengan Allah SWT.

Begitupula potensi fisik, medan dakwah ini begitu luas maka diperlukan kekuatan fisik yang memadai untuk menapaki penjuru medan dakwah ini.

Begitu pula dalam mengejar impian dan cita-cita pun juga kita diharuskan memaksimalkan potensi kita dengan baik, mempersiapkannya sebagai bekal perjalanan kita. Semakin tinggi gunung yang ingin kita daki, maka semakin banyak persiapan yang harus kita persiapkan, semakin banyak potensi fisik dan materi yang harus kita persiapkan. Jangan berharap kita akan berhasil mendaki gunung yang tinggi dengan bekal seadanya.

Menumpahkan Isinya Sampai Habis

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki. “ (Al-Hajj: 58)

“Layukallifullahu nafsan illa wus’aha …” juga berarti kita menumpahkan segala potensi kita semaksimalk mungkin, bahkan sampai habis. Sebagaimana ayat diatas, bahwa indicator kita telah menumpahkan sluruh isi geals potensi kita adalah mati syahid. Selama ke-syahid-an belum menjemput maka artinya kita belum mengeluarkan potensi kita sampai maksimal. Ini adalah indicator puncak, lalu bagaimana jika indicator keberhasilannya?

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfaal: 65-66)

Allah sebutkan dalam dua ayat diatas bahwa indicator seorang da’i memaksimalkan potensinya ialah kapasitas dirinya menyamai 10 orang umum atau paling rendah adalah 2 orang umum. Selama belum menyamai kapasitas itu maka belum dapat memaksimalkan potensi kita.

Yang perlu diingat bahwa potensi kapasitas kita adalah 1:10 dengan orang kafir. Jadi maksimalkan betul hal ini. Namun yang terjadi hari ini adalah sebaliknya, orang kafir memiliki kapasitas lebih dari muslim. Bagaimana image orang-orang Islam, terutama di Negara berkembang, adalah warga kelas dua disbanding orang-orang kafir. Jadi kawan, Allah SWT telah memberikan kapasitas kita menyamai 10 orang, maka wajarlah jika beban amanah kita pun tidak sama dengan orang pada umumnya. Potensi kita mampu menanggung beban menyamai 10 orang pada umumnya.

Masimalkanlah Kawan..!!!
Share: