Hay sobat LutfieZard? udah seminggu gak posting. Gue memulai postingan dengan menghela napas….
Haaah, negara ini…
Kenapa sih semua anak-anak itu? Ada yang udah galau lah, ada yang udah tahu cinta pada pandang pertama lah…
Padahal jaman gue, semuanya aman. Nonton sinetron romantis, dijadiin becandaan dan mimpi kayak :
“haaah, aku gede mau jadi kaya dia aah, punya cowok ganteng… terus sukses…”
Anak-anak sekarang, bener-bener dilaksanain. SD udah gandengan… heleh, gayamu.
Terus anak jaman sekarang kemana-mana megangnya Blackberry, megangnya iPhone, megangnya Android.
Orang tua sudah tidak tau dosis yang pas untuk anaknya. Anak sendiri cuma ngikut tren…
Jaman gue SD (MASIH 3 tahun lalu, belom lama) anak-anak masih pegang 
HP Siemens butut 3 generasi, kalau mewah paling Nexian bedua ama 
kakaknya. Kakaknya mayoritas udh punya HP, itu Nexian dilungsurkan buat 
dia.
Kenapa?
Karena anak dulu tahu priotitas utama kenapa mereka punya HP. Nelpon 
minta jemput, SMS nanya PR, denger musik sambil ngerjain PR. Dulu mereka
 aja masih rela biarin HP geletakan dan main benteng sama temen-temennya
 di lapangan sekolah.
Bandingkan dengan anak-anak sekarang. Yang diajak main, jawabnya 
“sabar, lagi mention Iqbaal CJR, ga dibales-bales dari kemaren! Aduuuh, 
Iqbaal kamu udah makan belum sih, Baal?”
Gue dulu begitu, sekarang sering kelepasan begitu. *Langsung lempar HP, ikutan main ama temen-temen*
Oke dunia dulu dan sekarang beda.
Memang terlihat ga mungkin main petak umpet di era anak SD udah sok 
dewasa. Ga mungkin kita lolos dari hinaan “cupu lo!”, itu salah satu 
tekanan sosial. Anak-anak sekarang sensitif sama yg namanya dibilang 
cupu, ga keren, ga gaul. Itu momok menakutkan bagi mereka.
Tapi di satu sisi mereka sulit merasakan indahnya masa kecil yang 
sebenarnya. Mereka sok dewasa, udah pacar-pacaran, mainin HP. Lalu pas 
gede? Pacaran lagi, main HP lagi. Bedanya pas gede, kita ‘main HP’ 
karena dikejar-kejar bos atau pekerjaan.
Anak jaman sekarang juga gak mungkin guling-gulingan di lumpur kaya 
dulu. Tapi setidaknya mereka dapat bersosialisasi, dapat berbaur dengan 
teman seumur mereka. Jalan-jalan ke mall, naik sepeda. Satu hal normal 
yang anak kota juga bisa lakukan tanpa gengsi.
Lagu anak juga mulai gak beres! Awalnya masih terasa wajar, wajar 
dinyanyikan orang dewasa dan tanpa sengaja anak-anak sok dewasa ini 
suka. Tapi lama kelamaan, anak-anak itu sendiri yang menyanyikannya.
Coboy Junior.

Contoh anak yang merusak kawan-kawannya sendiri.
Gue gak bisa bilang karena mereka anak-anak SD histeris sana-sini. Gue 
gak bisa bilang karena mereka anak SD membuang waktu belajar dan mainnya
 dengan mantengin TV, liat CJR.
Tapi dengan menjadi pelaku, mereka tersangka secara tidak langsung. Efeknya nyata di depan gue, banyak.
Gue juga gak bisa salahkan Sm*sh, Cherrybelle, Blink dan XO-XI dengan
 perkara yang sama seperti gue tulis diatas. Target mereka memang remaja
 putri dan remaja putra *LOL, kemayu abis*
Tapi tanpa sadar, target mereka berubah. Anak-anak mulai memuja mereka.
Di satu sisi, 
hatters tidak meluruskan sama sekali. Mereka cuma
 bisa mencibir fisik boyband dan girlband tersebut. Tanpa alasan yang 
jelas selain kebencian dan rasa jijik.
Anak-anak SD yang polos(?) ini emosi, membela ‘dewa-dewi’ mereka.
“Sm*sh suaranya bagus kok!”
“Kak Cherly Chibi cantik kok!”
Hatters tidak meluruskan masalah, mereka membuatnya makin rumit. Permasalan sesungguhnya adalah :
Boyband Girlband ini tidak pantas untuk anak seumur mereka, bukan bagian mereka.
Terlepas dari orisinil atau tidaknya, akar permasalahan sesungguhnya 
adalah ITU (kalau fans adalah seorang anak SD ababil yang mencari jati 
diri).
Hatters sendiri, bukanlah orang-orang yang benci pada 
boyband girlband diatas karena alasan diatas, melainkan karena 
memplagiat boyband girlband korea idaman mereka. DAN HATTERNYA BOYBAND 
GIRLBAND DIATAS, ANAK SD JUGA LAGI! *LOL*
Sebagai 
hatters bau kencur, mereka tidak paham definisi ‘benci’ yang sebenarnya.
Gue sendiri, makin lama makin gerah, capek, eneg sama anak-anak yang 
lahir tahun 2000 ke bawah. Gaya mereka makin tengil, mungkin efek dari 
sinetron Putih Abu-Abu?
Kalau menurut gue, sinetron itu bodoh. Penontonnya juga 
LEBIH BODOH.
Gue pernah ngobrol dengan staf di salah satu stasiun TV, kenalan gue.
 Gue komplain, “kok perusahaan kalian filmnya begitu semua? Tolonglah 
jam tayangnya diganti, biar gak terjangkau sama anak-anak yang belum 
umurnya!”
Jawabnya : “Lho, mau ditayangkan kapan lagi? Itu udah pas lho, jam 
pulang orang kantoran, jam-jam orang dewasa bisa santai. Kalau masalah 
anak-anak menonton kan juga campur tangan orang tua. Orang tua harusnya 
mengawasi, memilah tontonan si anak.”
Sekarang gue paham maksud dari BO yang dilampirkan stasiun-stasiun TV.
Menurut gue, orang tua itu bodoh, bodoh sekali, kalau meloloskan 
Putih Abu-Abu dari sensor mereka. Lagipun anak jaman sekarang itu buta 
ya? Jelas di judulnya, ‘putih-abu-abu’ bukan ‘merah-putih’. Bukan warna 
seragam yang mereka pakai hari Selasa. Ya udah pasti bukan tontonan 
mereka dong!
Anak jaman sekarang sudah jauh dari kata ‘anak-anak’, gak mau disebut
 ‘anak-anak’, gak mau disebut bocah, menurut mereka bocah itu gak 
dewasa, gak kayak kakak-kakak Blink atau CherryBelle.
Temen-temen mereka udah punya BlackBerry, mereka harus beli (itulah 
gunanya anak ditekankan pelajaran Ilmu Sosial sejak dini) kalau gak, gak
 gaul.
Harusnya ada musik untuk anak, harusnya ada tontonan untuk anak, harusnya ada 
gadget untuk anak.
Harusnya, ada orang tua yang pintar dan cermat untuk anak. Bukan 
orang tua bodoh yang cuma bisa menyerahkan segepok uang ke wajah anak 
itu, agar si anak diam, dan dia bisa hura-hura.
Gue mau merubah Indonesia. Mau bener-bener ada ‘something special’ 
untuk anak Indonesia. Super Junior dan SNSD (serta ‘cetakan versi 
Indonesia’-nya mereka) biar jadi jatah anak remaja. Bukan jatahnya anak 
Indonesia.
Jatah mereka itu main, main, belajar biar sukses, belajar lagi, lalu main lagi. Main yang sehat, main yang sesuai umur mereka.
Ah, andai saja Indonesia bisa se-melek itu, bisa se-melek gue…
Ada yang setuju sama gue? Setuju untuk membuat ‘sesuatu’ untuk anak Indonesia?
Gue gak bilang punya HP keren itu salah, gue gak bilang suka 
lagu-lagu jaman sekarang salah. Tapi semua ada bagiannya masing-masing. 
Jadi, berikanlah anak-anak itu sebuah 
space untuk mereka sendiri…